Apa yang sedang terjadi atas kontra-pro konser Lady Gaga si mother monster vs FPI adalah bak kutub positif dan negatif. Jadi semestinya bukan kontra namun justru haruslah tarik-menarik, sesuai hukum fisika alam. Namun malahan di alam sosial kutub negatif senantiasa kontra melawan kutub positif.
Terlihat secara telanjang, bahwa kutub negatif Lady Gaga si mother monster bersama cecunguknya si little monster yang banyak diwakili oleh nama-nama Amat YahuDhani, Bintik Puspa, Rike Pitaluka, GKH Remas, Ratna Sarungkampyyret, dan para kroninya berhadapan diametral dengan FPI, MUI, dan FUI sebagai kutub positif di pihak lainnya.
Kutub negatif adalah wakil keBEBASan, minoritas, liberalistik, sedangkan kutub positif adalah wali keTERATURan, mayoritas, harmoni alamiah.
Bagi yang sulit membayangkan betapa sifat diametralnya kutub negatif dan positif, maka lihat saja tubuhmu sendiri. Kutub negatif itu berada di kawasan puser ke bawah, sedangkan kutub positif itu terletak di atas puser.
Maksudnya kutub negatif itu orientasinya 3-TA (harTA-tahTA-waniTA), sedangkan kutub positif orientasinya AIR (Akal-Iman-Rasa).
Adalah Big Daddy sang PROMOTOR (PROMOsikan yang koTOR) yang punya hajat cari harTA dengan mengundang waniTA bernama Gaga. Ini yang dinamakan orientasi 3-TA tadi dengan atas nama keBEBASAn berekspresi, hak individu, kreasi seni dll.
Di kutub laon FPI, FUI, dan MUI berperilaku sebagai penjaga moral keTERATURan, hak-hak publik, dan akhlak pekerti jelas-jelas berorientasi AIR (akal-iman-rasa). Akal sehat digunakan karena nggak banyak manfaat konser monster Gaga bagi khalayak masarakat sebagian besar mayoritas. Iman mendasari tindakan agar semua dipertangungjawabkan di mata Tuhan ( bukan hanya sebatas di mata tuan, kapital).
Sampai kapanpun yang namanya BEBAS pasti berbenturan dengan TERATUR.
Kubu BEBAS yang minoritas senantiasa berusaha mengkadalin keTERATURan mayoritas dengan menunggang iklim demokrasi yang menjargonkan kebebasan individu, ham, freedom of expression, dll yang tentunya mohon dukungan negara adidaya guna memuluskan program pengobokobokan dunia muslim sejagad, termasuk Indonesia ya via monster Gaga, JIL ulul jebul badala, Irsyad Mandi junub, Dalam Rahardjo, dll.
Sesuai ramalan Baginda Rosul, maka jelang akhir dunia arah budaya memang menuju ke chaotisme kebebasan dengan artikata lain menjauh dari awal keharmonisan singilarity kemanunggalan Sang Sangkan Paraning Dumadi. Dalam ilmu fisika Hukum Chaotik sejalan dengan bertambahnya nilai entropinya.
Kalau diibaratkan keharmonisan sang maha tunggal, maka orientasi vertikal ke ATAS, sedangkan alur-alir budaya chaotik menuju ke BAWAH atau melebar merata secara horisontal liberalistik. Bak gunung di mana puncak kemanunggalannya Tuhan dan dasarnya meluas bak kebebasan liberalistik.
Kutub positif mengarahnya ke ATAS, sedangkan kutub negatif orientasinya ke BAWAH. Persis letak AIR yang di atas puser (akal di kepala, Iman di deket urat leher, dan R asa di hati dada), sedangkan 3TA letaknya di bawah puser (harTA di perut, tahTA di pantat kedudukan, dan waniTA ya...di sekitaran itulah..).
Berbekal kehalusan tipudaya, maka kubu keBEBASan mampu mempengaruhi oknum NU yang ngomong : ...walaupun seribu Gaga, iman NU tak akan goyah...., ataupun ... lha wong orang mau rusakrusakan aurat ramairamai ya mbok biarin sajalah...gitu-saja-kok-repot, dst,dst..Sejatinya kaum yang beginian masih belum 'ngeh' Hukum Fisika Chaotis (kuantum) yang berbunya :...bahkan kepak-kepak kupukupu di Amazon akan menjadi badai di Gurun Gobi China di masa mendatang. Artinya jangan renehkan kepak kupukupu sekecil apapun, karena dengan berjalannya waktu dan bertambahnya nilai entropi, maka akan tercipta badai chaotik kelak. Nah, konser Lady Gagapun ibarat kepak kupukupu amoral yang akan menciptakan badai amoral brutal di mas datang di tempat nan luas di seluruh dunia.
Kesadaran ini yang dipunyai kubu keTERATURan, sehingga dengan segala daya berusaha merepresikan tindakan kasarnya dengan perhitungan benefit dan madhorotnya sendiri, guna mencegah sedikit apapun budaya amoral menyusup secara halus dengan kendaraan demokrasi, ham, freedom of SEXpresion, ataupun SENI.
Benar Wong Jowo nyebut orang kencing disamakan dengan wong seni, karena tren seni sedikit banyak menjurus ke sekitaran alat kencing baik seni lukis, musik, film, dll di era liberali kapitalistik seperti sekarang ini. Sama seperti kenapa wong Jowo memanggil dengan sebutan MAS (kanjengmas, radenmas, mas Haryo, dll..) untuk kaum lelaki, karena secara ilmiah ternyata kandungan sperma pria banyak ditemui unsur eMAS, makanya jangan heran bisa dijadikan susuk bininya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar