Jumat, 18 Mei 2012

Manunggaling Kawulo Gusti & Lady Gaga

Konsep adiluhung Manunggal Kawulo Gusti niscaya mampu memecah segala persoalan, termasuk heboh Lady Gaga.
Singkatnya begini.
Menurut fisika awalnya jagad adalah singularity - tunggal, yaitu representativ Sang Gusti sebagai sumber segala sumber apapun.
Kun fayakun sabdaNya dapat diibaratkan suatu 'big bang' dan maka jadilah alam semesta seperti sekarang setelah menempuh jarak waktu 13 Milyar Tahun lebih.
Jadi apabila kita 'rewind' waktu menuju ke 13 Milyar Tahunan lampau, maka kondisi jagad semesta mengerucut ke kondisi super tunggal.  Galaxy Bima sakti, bumi, lamunan, warna, jiwa, rasa asin, debu, ingin tahu, cinta, cemburu, kaos oblong, dll semua menyatu tungal nggal dalam singularity.  Kondisi singularity penuh dengan hukum keharmonisan mutlak, baik hukum fisika, kimia, psikologi, dll semua hanya ada satu hukum keharmonisan Sang Maha Tunggal.
Perkara sekarang hukum terpecah atas hukum fisika, kimia, sosial, ...dan hukum lainnya, itu akibat 'pecah'nya big bang sepanjang milyaran tahun kemudian.  Berjalan atas dasar revolusional maupun evolusional, maka jadilah kondisi 'tidak harmonis' seperti sekarang ini.  Boleh dibilang kondisi 'chaotic' menjalar seiring waktu dengan bertambahnya nilai entropi yang memang terus bertambah, yang menggambarkan kondisi dunia yang menuju 'chaotic' atau keos kacau balau.
Di dunia budaya seolah berlaku hukum yang sama, yaitu apabimla terjadi pembiaran, maka budaya juga berjalan dari harmoni ke kacau.
Contohnya : dulu zaman ortu kita yang namanya pacaran pegang tangan saja sudah merasa dosa, namun makin kini kalau gak ciuman bukan pacaran namanya, maka bisa dibayang zaman besok yang kalau nggak 'gituan' mah pacaran basi namanya.
Jadi keharmonisan tunggal telah pecah merambat menjadi kepluralan kekacauan, seiring zaman berubah.
Jadi kalau konser Lady Gaga diancam FPI tentu dapat disikapi sebagai dua kondisi yang saling kontradiksi. Lady Gaga dan para monsternya hendak mengumbar syahwat freedom bebas chaotic moral sejalan laju zaman, sedangkan FPI berorientasi bukan kebebasan, tetapi keteraturan menuju kondisi harmoni tunggal sesuai ajaran Sang Maha Tunggal Gusti.
Jadi ya gak nyambung untuk diklopkan, soalnya yang satu orientasi kebebasan berekspresi ats nama seni, sedangkan yang lain mencegah bahaya moral maksiat yang madhorot.
Sebuah kemubadziran untuk harga tiket yang Sejuta Rupiah misalnya hanya untuk hurahura sesaat melihat aurat, dibandingkan kalau dikumpulkan dan digunakan untuk membantu fakir miskin dalam suatu pabrik tahu, misalnya.
Maka benar saja peringatan nabi, bahwa nanti budaya Islam akan dikikis via ajaran yang seolah baik : kebebasan berekspresi ats nama seni atau demokrasi secara bebas liberalistik, sehingga kalau ada institusi negara hendak mengatur malah diolok-olok, bak lagu Iwan Fals : urus saja moralmu, aku sendiri yang akan cari moralku
Bahkan Ahmad Dani Yahudi dalam wawancara di MetroTV secara tidak imbang menyayangkan pencekalan Lasy Gaga, yang katanya si lady bak dewi dengan 25 juta follower yang harus dipujapuji oleh generasi kini....Itu sich kata mas Dani Yahudi, malah menurutku jangankan memuji, lha wong suruh njilatin pantatnyapun mungkin dia mau.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar