Sambutan OrangTua $iswa
Memaknai FESTIVAL DwiWARNA
Sebagai bentuk aktivitas positif di samping kegiatan utama siswa yang belajar mengasah dan mengisi ilmu (pengayaan sisi IQ), maka aktivitas sosial berorganisasi merupakan kegiatan merasakan dan menambah pengalaman (penguatan sisi EQ).
Festival !!!
Makna festival bisa didapat dari kamus atau google, namun dapat juga ditelusur melalui mesin-waktu.
Mari kita masuk lorong waktu dan terbang ke ratusan tahun yang lalu. Di Harbin China terdapat festival es, di Thailand ditemui festival air, dan bahkan di Rio de Janeiro, Brazil ada festival tahunan yang dahsyat yang mengumbar spirit kebebasan mutlak. Pada hari festival tersebut hampir semuanya warga mengumbar sukacita semaunya, bahkan ada yang bertelanjang ikut pawai arak-arakan sepanjang jalan utama.
Pesawat waktu berjalan menuju ribuan tahun lampau, dan kita bisa saksikan adanya suku primitif yang hanya bercawat saja berhuraria menari menyambut masa panen....pada musim semi sedemikian juga, mereka berpesta dan berfestival sebagai ujud rasa terimakasih ke alam atas nikmat panen.
Masih dengan pesawat waktu, kita terbang lebih jauh lagi ke masa milyaran tahun lalu. Argo pesawat menunjuk pada posisi 4 milyaran tahunan lampau.
Kita terpana, bahwa festival tidak atau belum ada. Gimana maau ada festival ......... lha wong yang ada hanya bumi perawan, belum ada apa-apa dan siapa-siapa, bahkan makhluk renik sel tunggal juga belum mulai berevolusi.
Kehidupan belum ada, maka tidak ada festival. Jadi LIFE is FESTIVAL, begitulah kirakira orang memaknai sebuah festival.
Begitulah pula kirakira festival DwiWARNA. Namun semestinyalah tidak semata unsur hurarianya yang ditekankan, karena memang festival-festival dunia lainnya hanya mengandung makna pesta dan sebagai ujud rasa terimakasih ke semesta dan berkonotasi ke masa lampau, maka alangkah bagusnya apabila DWIWARNA mengadakan pesta yang mengingatkan rasa tanggungjawab ke depan ke generasi berikutnya atas rapuhnya semesta apabila tidak ada yang peduli atas kelestariannya maka selayaknyalah sebuah festival yang hendak diwarnai dan DWIWARNA lestarikan adalah pesta tanggungjawab kepada masadepan, dan sudah tepat apabila kegiatan ini diimbangi dengan acara tanam pohon (P-hospate O-xygen H2O N-itrogen).
Ujud rasa tanggungjawab yang akan diwariskan ke masadepan, juga tampak atas kesadaran kita pada AuditSAMPAH.
Coba lihat sampah anda seharihari dan mari kita audit bersama. Jika ditemukan sebuah karet gelang, tas plastik ataupun sisa shampoo di botol walaupun beberapa tetes milimeter, itu artinya kesadaran lingkungan kita masih rendah. Bayangkan berapa getah karet dideras petani dari hutan karet, berapa kelapa sawit diunduh dari pohon, dan berapa kulit batang pinus ditebang untuk memproduksi kertas, shampoo, karet dan sebagainya, belum lagi berapa pabrik menyerap batubara dan minyak bumi agar beroperasi menghasilkan produk kimiawi untuk kebutuhan hidup kita, mulai dari shampoo, pastagigi, sabun, kertas, karet, klip, bahkan ic circuit laptop atau ipad anda, semua diambil dan diolah dari alam, oleh sebab itu memperpanjang guna benda produk manusia dari alam untuk tidak segera masuk tong sampah adalah kepedulian kita terhadap alam tersendiri. Ini juga harus dilestarikan ke dalam jiwa sanubari insan DwiWarna yang tersadarkan via Festivalnya. Jadi sampah insan DW sudah semestinya berisi benda-banda yang siapapun sudah tidak mampu menggunakannya alias sudah purna guna. Sampah yang berisi benda yang sudah sangat purna gunapun tidak mesti sembarang buang, masih dibutuhkan pengelompokan jenis bio atau kimiawi bahaya terhadap lingkungan. Demikian seterusnya dan seterusnya....budaya cinta lingkungan yang memperbanyak pohon sebagai penyangga kehidupan, cinta hutan dan upaya memperlama usia guna suatu produk merupakan langkah positif yang pantas diberi kredit lingkungan dan masa depan.
Mampukah spirit tersebut menggelegak via Festival DwiWARNA ?
Sudah seharusnya dan wajib, kalau tidak ya...akan mubazir segala dana dan daya upaya yang telah sama-sama dijalani. Kemubaziran adalah sebuah bentuk sampah yang semestinya masih bisa diupayakan nilai gunanya. Sabda Nabi mubazir itu kegemaran syetan, karena kemubaziran itu merusak alam, tetes-tetes sabun, air bocor, kertas bekas dibuangi tanpa diseleksi dan sebagainya akan secara cepat menggunung jadi sampah kemubaziran yang jorok menjadi srang syetan. Steve Job sang perfeksionis desain, sangat getol atas kesederhaan produknya (iPod, iPad, iPhone), dia juga gemar taman kebun ala Zen Jepang yang amat sederhana namun penuh magis pesona kedamaian. Kalau anda berkunjung ke rumahnya, maka akan kaget karena sangat minim perabotan yang nekoneko. Spirit minimalis namun penuh fungsionalis. Sejajar dengan moto manufaktur Jepang dengan 5 S yang ditranslasi ke Indonesia sebagai semangat 5 R (Rapi, Ringkas, Rawat, Resik, Ramah). Suasana 5S Jepang mampu menjadikan negara ini kampiun industri otomotif dan elektronika, maka kita adopsi sebsgai Semangat 5R di lingkungan Kampus DwiWARNA agar kita kampiun dunia pendidikan dan pengajaran tingkat dunia.
DWI WARNA?
DWI
Dwi berarti dua atau biner.
Kita masih naik pesawat waktu....dan mari kita pacu lebih cepat lagi menuju ke sebelum 13 Milayran tahun ke belakang. Ternyata alam semesta berada pada stadium kemanunggalan yang harmonis, yang disebut SINgULARITY....Kurang lebih yang MAHA TUNGGAL Tuhan penguasa Semesta.
Dengan titahNya : ......kun fayakun...semacam big BANG awal semesta maka keMAHA TUNGGALan meretas menjadi keFANAan yang biner atau dwi alias dua yang imbang, terciptalah : siang -malam, laki-perempuan, atas-bawah, dulu-besuk, kuantitas-kualitas, internal-eksternal..dst.
Jadi DWI berarti sifat biner alamiah yang seimbang, maka seimbangkanlah segalamu di DwiWarna ini. Pintarkanlah Otakmu dan juga Kuatkanlah ototmu, tegarkanlah jiwamu seiring sehatkanlah ragamu...kamu harus pandai dengan IQ tinggi, juga semangat hebat sebesar EQmu, lahir-batin, jiwa-raga, Iq-Eq semuanya seimbang sebagai tafsir atas DWI.....karena nantinya di dunia kerja kamu akan dihadapkan kepada realita profesionalisme yang bersifat DWI : Spesialis dan Generalis. Bagi anda yang bakat di IQ tinggi maka dunia spesialis memanti anda, namun bagi yang bakat sosialisasi organisasi dengan EQ hebat, maka anda kemungkinan akan cocok di jalur Generalis menejerial.
Maka sudah benar langkah pengkelasan di Boarding DwiWARNA ini sebagai pencetak insan pintar IQ tinggi dan penelor insan cerdas sosial dengan EQ hebat sebagai human character building dan intellectual capital building.
Kelas I diOrientasikan kepada pemantapan IMAN sebagai ujud SQ - Spiritual Quotient insan muda DW.
Kelas II berOrganisasi OSIS, MPK, kepanitiaan FDW, dst sebagai ujud EQ - Penegakkan kekuatan 3motion Quotion insan madya DW.
Kelas III hendaknya FOKUS kepada hal yang sejati sebagai seorang siswa, yaitu ketajaman IQ - Sebagai bekal intelektual nanti ke jenjang didik di perguruan tinggi.
Aktivitas belajar-mengajar adalah wahana IQ blow up, sedangkan ekstra kurikula organisasi sebagai social EQ blast, seperti kegiatan FDW ini sebagai salah-satu contoh positifnya.
Adalah internal - eksternal yang seimbang sebagai sifat dwi-biner yang wajib diperhatikan di kampus ini.
Segenap insan DW harus siap berkompetisi secara internal, yaitu berlomba mengejar prestasi saling kebut di antara anda semua sesama warga DW (individual competition).
Di samping itu ananda juga harus mempersiapkan diri pada ajang kompetisi eksternal (collective competition) yang akan menjunjung nama besar DwiWARNA dibanding lembaga didik lainnya, ananda bersama bertangungjawab menunjukkan keunggulan kolektif.
WARNA
Last but not least.....makna WARNA dalam kontek Festival Dwi WARNA.
Tiada hal lain memaknai WARNA dalam kontek di festival dwiWARNA adalah : .....hai anak-anak DwiWARNA, keruklah ilmu dan teguklah aktivitas positifmu di sini, sehingga kelak menjadi insan-insan dwiWARNA yang jadi WAR-ga dunia yang bergu-NA, sehingga kamu mampu me-WAR-iskan hal yang bermak-NA.
Salam DwiWARNA.....selamat berFESTIVAL sebuah inFESTasI VitAL masa depan.
Memaknai FESTIVAL DwiWARNA
Sebagai bentuk aktivitas positif di samping kegiatan utama siswa yang belajar mengasah dan mengisi ilmu (pengayaan sisi IQ), maka aktivitas sosial berorganisasi merupakan kegiatan merasakan dan menambah pengalaman (penguatan sisi EQ).
Festival !!!
Makna festival bisa didapat dari kamus atau google, namun dapat juga ditelusur melalui mesin-waktu.
Mari kita masuk lorong waktu dan terbang ke ratusan tahun yang lalu. Di Harbin China terdapat festival es, di Thailand ditemui festival air, dan bahkan di Rio de Janeiro, Brazil ada festival tahunan yang dahsyat yang mengumbar spirit kebebasan mutlak. Pada hari festival tersebut hampir semuanya warga mengumbar sukacita semaunya, bahkan ada yang bertelanjang ikut pawai arak-arakan sepanjang jalan utama.
Pesawat waktu berjalan menuju ribuan tahun lampau, dan kita bisa saksikan adanya suku primitif yang hanya bercawat saja berhuraria menari menyambut masa panen....pada musim semi sedemikian juga, mereka berpesta dan berfestival sebagai ujud rasa terimakasih ke alam atas nikmat panen.
Masih dengan pesawat waktu, kita terbang lebih jauh lagi ke masa milyaran tahun lalu. Argo pesawat menunjuk pada posisi 4 milyaran tahunan lampau.
Kita terpana, bahwa festival tidak atau belum ada. Gimana maau ada festival ......... lha wong yang ada hanya bumi perawan, belum ada apa-apa dan siapa-siapa, bahkan makhluk renik sel tunggal juga belum mulai berevolusi.
Kehidupan belum ada, maka tidak ada festival. Jadi LIFE is FESTIVAL, begitulah kirakira orang memaknai sebuah festival.
Begitulah pula kirakira festival DwiWARNA. Namun semestinyalah tidak semata unsur hurarianya yang ditekankan, karena memang festival-festival dunia lainnya hanya mengandung makna pesta dan sebagai ujud rasa terimakasih ke semesta dan berkonotasi ke masa lampau, maka alangkah bagusnya apabila DWIWARNA mengadakan pesta yang mengingatkan rasa tanggungjawab ke depan ke generasi berikutnya atas rapuhnya semesta apabila tidak ada yang peduli atas kelestariannya maka selayaknyalah sebuah festival yang hendak diwarnai dan DWIWARNA lestarikan adalah pesta tanggungjawab kepada masadepan, dan sudah tepat apabila kegiatan ini diimbangi dengan acara tanam pohon (P-hospate O-xygen H2O N-itrogen).
Ujud rasa tanggungjawab yang akan diwariskan ke masadepan, juga tampak atas kesadaran kita pada AuditSAMPAH.
Coba lihat sampah anda seharihari dan mari kita audit bersama. Jika ditemukan sebuah karet gelang, tas plastik ataupun sisa shampoo di botol walaupun beberapa tetes milimeter, itu artinya kesadaran lingkungan kita masih rendah. Bayangkan berapa getah karet dideras petani dari hutan karet, berapa kelapa sawit diunduh dari pohon, dan berapa kulit batang pinus ditebang untuk memproduksi kertas, shampoo, karet dan sebagainya, belum lagi berapa pabrik menyerap batubara dan minyak bumi agar beroperasi menghasilkan produk kimiawi untuk kebutuhan hidup kita, mulai dari shampoo, pastagigi, sabun, kertas, karet, klip, bahkan ic circuit laptop atau ipad anda, semua diambil dan diolah dari alam, oleh sebab itu memperpanjang guna benda produk manusia dari alam untuk tidak segera masuk tong sampah adalah kepedulian kita terhadap alam tersendiri. Ini juga harus dilestarikan ke dalam jiwa sanubari insan DwiWarna yang tersadarkan via Festivalnya. Jadi sampah insan DW sudah semestinya berisi benda-banda yang siapapun sudah tidak mampu menggunakannya alias sudah purna guna. Sampah yang berisi benda yang sudah sangat purna gunapun tidak mesti sembarang buang, masih dibutuhkan pengelompokan jenis bio atau kimiawi bahaya terhadap lingkungan. Demikian seterusnya dan seterusnya....budaya cinta lingkungan yang memperbanyak pohon sebagai penyangga kehidupan, cinta hutan dan upaya memperlama usia guna suatu produk merupakan langkah positif yang pantas diberi kredit lingkungan dan masa depan.
Mampukah spirit tersebut menggelegak via Festival DwiWARNA ?
Sudah seharusnya dan wajib, kalau tidak ya...akan mubazir segala dana dan daya upaya yang telah sama-sama dijalani. Kemubaziran adalah sebuah bentuk sampah yang semestinya masih bisa diupayakan nilai gunanya. Sabda Nabi mubazir itu kegemaran syetan, karena kemubaziran itu merusak alam, tetes-tetes sabun, air bocor, kertas bekas dibuangi tanpa diseleksi dan sebagainya akan secara cepat menggunung jadi sampah kemubaziran yang jorok menjadi srang syetan. Steve Job sang perfeksionis desain, sangat getol atas kesederhaan produknya (iPod, iPad, iPhone), dia juga gemar taman kebun ala Zen Jepang yang amat sederhana namun penuh magis pesona kedamaian. Kalau anda berkunjung ke rumahnya, maka akan kaget karena sangat minim perabotan yang nekoneko. Spirit minimalis namun penuh fungsionalis. Sejajar dengan moto manufaktur Jepang dengan 5 S yang ditranslasi ke Indonesia sebagai semangat 5 R (Rapi, Ringkas, Rawat, Resik, Ramah). Suasana 5S Jepang mampu menjadikan negara ini kampiun industri otomotif dan elektronika, maka kita adopsi sebsgai Semangat 5R di lingkungan Kampus DwiWARNA agar kita kampiun dunia pendidikan dan pengajaran tingkat dunia.
DWI WARNA?
DWI
Dwi berarti dua atau biner.
Kita masih naik pesawat waktu....dan mari kita pacu lebih cepat lagi menuju ke sebelum 13 Milayran tahun ke belakang. Ternyata alam semesta berada pada stadium kemanunggalan yang harmonis, yang disebut SINgULARITY....Kurang lebih yang MAHA TUNGGAL Tuhan penguasa Semesta.
Dengan titahNya : ......kun fayakun...semacam big BANG awal semesta maka keMAHA TUNGGALan meretas menjadi keFANAan yang biner atau dwi alias dua yang imbang, terciptalah : siang -malam, laki-perempuan, atas-bawah, dulu-besuk, kuantitas-kualitas, internal-eksternal..dst.
Jadi DWI berarti sifat biner alamiah yang seimbang, maka seimbangkanlah segalamu di DwiWarna ini. Pintarkanlah Otakmu dan juga Kuatkanlah ototmu, tegarkanlah jiwamu seiring sehatkanlah ragamu...kamu harus pandai dengan IQ tinggi, juga semangat hebat sebesar EQmu, lahir-batin, jiwa-raga, Iq-Eq semuanya seimbang sebagai tafsir atas DWI.....karena nantinya di dunia kerja kamu akan dihadapkan kepada realita profesionalisme yang bersifat DWI : Spesialis dan Generalis. Bagi anda yang bakat di IQ tinggi maka dunia spesialis memanti anda, namun bagi yang bakat sosialisasi organisasi dengan EQ hebat, maka anda kemungkinan akan cocok di jalur Generalis menejerial.
Maka sudah benar langkah pengkelasan di Boarding DwiWARNA ini sebagai pencetak insan pintar IQ tinggi dan penelor insan cerdas sosial dengan EQ hebat sebagai human character building dan intellectual capital building.
Kelas I diOrientasikan kepada pemantapan IMAN sebagai ujud SQ - Spiritual Quotient insan muda DW.
Kelas II berOrganisasi OSIS, MPK, kepanitiaan FDW, dst sebagai ujud EQ - Penegakkan kekuatan 3motion Quotion insan madya DW.
Kelas III hendaknya FOKUS kepada hal yang sejati sebagai seorang siswa, yaitu ketajaman IQ - Sebagai bekal intelektual nanti ke jenjang didik di perguruan tinggi.
Aktivitas belajar-mengajar adalah wahana IQ blow up, sedangkan ekstra kurikula organisasi sebagai social EQ blast, seperti kegiatan FDW ini sebagai salah-satu contoh positifnya.
Adalah internal - eksternal yang seimbang sebagai sifat dwi-biner yang wajib diperhatikan di kampus ini.
Segenap insan DW harus siap berkompetisi secara internal, yaitu berlomba mengejar prestasi saling kebut di antara anda semua sesama warga DW (individual competition).
Di samping itu ananda juga harus mempersiapkan diri pada ajang kompetisi eksternal (collective competition) yang akan menjunjung nama besar DwiWARNA dibanding lembaga didik lainnya, ananda bersama bertangungjawab menunjukkan keunggulan kolektif.
WARNA
Last but not least.....makna WARNA dalam kontek Festival Dwi WARNA.
Tiada hal lain memaknai WARNA dalam kontek di festival dwiWARNA adalah : .....hai anak-anak DwiWARNA, keruklah ilmu dan teguklah aktivitas positifmu di sini, sehingga kelak menjadi insan-insan dwiWARNA yang jadi WAR-ga dunia yang bergu-NA, sehingga kamu mampu me-WAR-iskan hal yang bermak-NA.
Salam DwiWARNA.....selamat berFESTIVAL sebuah inFESTasI VitAL masa depan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar