Ada cerita tentang keledai alias donkey.
Seorang bapak dan anak sedang dalam perjalanan bersama seekor keledainya. Sang bapak berjalan menuntun keledai sementara si anak menungganginya.
Ketika lewat sebuah desa, masyarakat desa berteriak mencemooh : dasar anak nggak tahu diri, nggak sopan setengah durhaka....masak bapaknya disuruh capek-capek berjalan, sementara dirinya enak-enak naik keledai.
Guna menghindari cemoohan masyarakat berikutnya, maka gantian sang bapak yang nunggang keledai, sementara si anak ganti yang menuntunnya.
Melewati dusun kedua, bapak-anak berharap terhindar dari cemoohan masyarakat, tapi yang terjadi tetap saja cibiran sengak : ....wah, dasar orang-tua nggak tahu diri, mentang-mentang kuasa, masak dirinya enak-enak numpak keledai, sementara si anak yang lemah malah disuruhnya jalan-kaki menuntun kendaraan keledai.
Atas kesepakatan bapak-anak agar terbebas dari cemoohan masyarakat perkampungan ketiga, maka sang bapak dan si anak sama-sama naik keledai bareng-bareng. Melihat kondisi demikian masyarakat kampung ketiga yang dilewati pada teriak : ...he..dasar manusia biadab, nggak berperi perkeledaian apa? Masak keledai ringkih malah ditunggangi seenak udelnya saja...
Sebelum memasuki dusun keempat, maka sang bapak dan si anak berunding masak-masak gimana caranya bebas dari cemoohan, cibiran dan teriakan masyarakat. Nggak ada jalan lain kecuali mereka bertiga (bapak-anak-keledai) semuanya jalan sama-sama biar adil dan merata. Nah, dengan percaya diri mereka berangkat menuju dusun berikutnya. Tentu saja masyarakat dusun keempat ngeledhek mereka :.... hey, elo pade udah goblok apa? Jalan jauh dan punya keledai koq nggak dinaikin sich...mubazir dong kamu pelihara binatang kendaraanmu.
Sampai tahap ini sang bapak dan si anak sudah kehabisan akal gimana caranya lepas kritikan masyarakat sebelum lanjut ke daerah berikutnya.
Berhubung hanya tertinggal satu kemungkinan yang tersedia, maka ditempuhlah cara terakhir yang ini : sang bapak dan si anak berjalan bersama sambil mengusung keledainya ha..ha...ha....$Sudah diduga dong masyarakat daerah kelima makin mencercanya : manusia goblok, dungu, pandir, bego,....binatang keledai dicipta untuk tunggangan, kok malah diusung...apa dunia sudah kelobak-labik alias gila.
Dari cerita nyata di atas apa yang dapat ditarik tali-simpul ?
APApun Kondisinya, kalau ada keledai sangat boleh jadi dipastikan nggak akan ada yang betul....semuamuanya sangat pasti serba salah.
Demikianlah kalau manusia mengamalkan ayat syetan berupa demokrasi. Sama halnya kita bermasyarakat bersama keledai. Bapak ibarat penguasa, si anak selayaknya rakyat. Ada rakyat durhaka ke penguasa, ada penguasa sok kuasa mentang-mentang ke rakyat, ada sok pengin adilmakmur merata, ada kebodohan masyarakat, ada dunia kebalik, dan seterusnya (yang serba salah pokoknya).
Gak percaya?
Tengok saja ke negeri mbahnya demokrasi USA sono. Bukankah ada dua partai besar : demokrat dan republik !
Perhatikan ikon republik, digambar sebagai gajah-merah alias red elephant to? Mungkin maksudnya RE-public (R-ed E-lephant).
Nah perhatikan yang DEMOKRAT, simbologonya ya...keledai biru alias blue donkey (D-onkey ... D-emocrate) yang menular ke negeri kita partai demokrat dilambangkan bintang mercy biru juga ha.ha.ha...
Seorang bapak dan anak sedang dalam perjalanan bersama seekor keledainya. Sang bapak berjalan menuntun keledai sementara si anak menungganginya.
Ketika lewat sebuah desa, masyarakat desa berteriak mencemooh : dasar anak nggak tahu diri, nggak sopan setengah durhaka....masak bapaknya disuruh capek-capek berjalan, sementara dirinya enak-enak naik keledai.
Guna menghindari cemoohan masyarakat berikutnya, maka gantian sang bapak yang nunggang keledai, sementara si anak ganti yang menuntunnya.
Melewati dusun kedua, bapak-anak berharap terhindar dari cemoohan masyarakat, tapi yang terjadi tetap saja cibiran sengak : ....wah, dasar orang-tua nggak tahu diri, mentang-mentang kuasa, masak dirinya enak-enak numpak keledai, sementara si anak yang lemah malah disuruhnya jalan-kaki menuntun kendaraan keledai.
Atas kesepakatan bapak-anak agar terbebas dari cemoohan masyarakat perkampungan ketiga, maka sang bapak dan si anak sama-sama naik keledai bareng-bareng. Melihat kondisi demikian masyarakat kampung ketiga yang dilewati pada teriak : ...he..dasar manusia biadab, nggak berperi perkeledaian apa? Masak keledai ringkih malah ditunggangi seenak udelnya saja...
Sebelum memasuki dusun keempat, maka sang bapak dan si anak berunding masak-masak gimana caranya bebas dari cemoohan, cibiran dan teriakan masyarakat. Nggak ada jalan lain kecuali mereka bertiga (bapak-anak-keledai) semuanya jalan sama-sama biar adil dan merata. Nah, dengan percaya diri mereka berangkat menuju dusun berikutnya. Tentu saja masyarakat dusun keempat ngeledhek mereka :.... hey, elo pade udah goblok apa? Jalan jauh dan punya keledai koq nggak dinaikin sich...mubazir dong kamu pelihara binatang kendaraanmu.
Sampai tahap ini sang bapak dan si anak sudah kehabisan akal gimana caranya lepas kritikan masyarakat sebelum lanjut ke daerah berikutnya.
Berhubung hanya tertinggal satu kemungkinan yang tersedia, maka ditempuhlah cara terakhir yang ini : sang bapak dan si anak berjalan bersama sambil mengusung keledainya ha..ha...ha....$Sudah diduga dong masyarakat daerah kelima makin mencercanya : manusia goblok, dungu, pandir, bego,....binatang keledai dicipta untuk tunggangan, kok malah diusung...apa dunia sudah kelobak-labik alias gila.
Dari cerita nyata di atas apa yang dapat ditarik tali-simpul ?
APApun Kondisinya, kalau ada keledai sangat boleh jadi dipastikan nggak akan ada yang betul....semuamuanya sangat pasti serba salah.
Demikianlah kalau manusia mengamalkan ayat syetan berupa demokrasi. Sama halnya kita bermasyarakat bersama keledai. Bapak ibarat penguasa, si anak selayaknya rakyat. Ada rakyat durhaka ke penguasa, ada penguasa sok kuasa mentang-mentang ke rakyat, ada sok pengin adilmakmur merata, ada kebodohan masyarakat, ada dunia kebalik, dan seterusnya (yang serba salah pokoknya).
Gak percaya?
Tengok saja ke negeri mbahnya demokrasi USA sono. Bukankah ada dua partai besar : demokrat dan republik !
Perhatikan ikon republik, digambar sebagai gajah-merah alias red elephant to? Mungkin maksudnya RE-public (R-ed E-lephant).
Nah perhatikan yang DEMOKRAT, simbologonya ya...keledai biru alias blue donkey (D-onkey ... D-emocrate) yang menular ke negeri kita partai demokrat dilambangkan bintang mercy biru juga ha.ha.ha...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar