MASA BALITA (memori terlama)
Setiap anak manusia mempunyai rekaman memorinya
masing-masing. Aku juga. Sejauh aku "set back" ke belakang, hanya
mentok ke usiaku yang 2,5 Tahun. Ke belakang lagi, seusia setahun aku gak mampu
alias rekordku "blurrr". Apalagi jauh ke belakang lagi sewaktu aku di
rahim ibu, atau bahkan sewaktu masih berujud sperma bapak. Tentunya
sehebat-hebatnya orang, kagak bakalan mengingat dirinya sampai sejauh ujud
sperma di kantung kemih bapaknya. Kalau sampai terjadi, maka dirinya kagak bakalan
merasa hebat, karena dirinya hanya berbatas tipis dengan pipis bapaknya.
Ada ayat yang mengatakan, bahwa manusia dulunya hanyalah
mani yang hina kemudian perjalanan hidupnya menjadi penantang Alloh yang nyata.
Dari segi roh, semua tunduk patuh dihadapanNya dan mengaku senantiasa beriman
kepadaNya. Nah, atas dasar ini aku
pengin ada orang yang selalu mengingatkanku kalau imanku tiba-tiba menguap.
Demikian pula halnya kalian semua, maka "blog"ku ini wahana saling
ingat-mengingatkan. Jadinya : positif "think" to?
Kenapa "time tunnel"ku paling pol hanya sampai ke
zona 2,5 Tahun ?
Sebagai anak sulung tersayang, aku masih diasuh oraNntuaku
di rumah kakekku di Desa Mengger (Mengger : sebuah gundukan tanah meninggi). Kakekku
adalah petani mandiri, dalam arti yang sebenarnya, yaitu punya sawah-ladang
sendiri, punya hewan piaraan lengkp sendiri : itik, ayam, enthok, kambing,
lembu,a kuda, dll. Kebonnya tumbuh aneka bahan-makan : ubi, gadung, sawo,
vanili, belinjo, jambu, dll pokoknya kehidupan kakekku boleh dibilang sangat
mandiri dan anti-krisis moneter, karena sandang-pangan-papan adalah milik
pribadi.
Sebagai petani mandiri, kakekku juga punya berbagai keahlian
: menjahit, tukang-kayu, dan pandai ibadah tentunya, namanya terkenal sebagai
mbah Kaji Maksum (dulu orang berpredikat haji tergolongkan manusia langka,
karena waktu itu hanya ada empat muslim yang bergelar haji di seluruh
kabupten). Entah kenapa atau lagi mengerjakan apa waktu itu salah-satu bendo
(sejenis golok Jawa) tergeletak di sekitar "baby walker" ku yang
berupa tongkat bambu berporos-putar, sehingga keinjak kakiku. Rasanya sakit
sekali luka di kakiku itu, sehingga traumanya keingatan sampai sekarang. Itulah trauma rasa sakit yang membekas
seumur-umur, dan aku pernah menanyakan peristiwa injak-bendo itu kepada ibuku :
2,5 Tahun umurmu saat itu nak,,,,,, jawab ibu.yh
Tidak ada komentar:
Posting Komentar