Sesuai kodrati manusia yang selalu diuji dengan 3TA yang harTA-tahTA-waniTA, maka TA ketiga aku simpulkan sebagai harTA, karena memang dari unsur TA ke3 ini bermuara kesukaan kaum wanita dan pria.
TA ke3 yang bermakna harTA sebut saja dengan simbol TA-3 yang kok mirip dibaca slank sebagai TAe' alias taek yaitu ya...tahi (boso Jowo). Mungkinkah ini kebetulan belaka kalau sejatinya harTA itu diasosiasikan sebagai taek alias tahi.....yang karena memang harta itu kalau dimakan seberapa banyak dan mewahnya hanya akan berujung-nasib menjadi taek atawa tahi belaka ?
Kaitan harTA (ta ke3) dengan unsur ta-1 (waniTA) dirujuk, karena dengan harta kaum pria bisa menawar HAR-ga wani-TA.
Sedangkan kaitan ke unsur ta-2 (tahTA) dirunut secara makNAma juga, karena HAR-TA bisa jadi HA-rapan bertah-TA, artinya orang bisa meraih tahta dengan bermodal harta, ini jamak terjadi di era demoCRAZY seperti akhir-akhir ini.
Lihat saja, kaum demokrator dari partai apapun pada sibuk kumpul duit buat kampanye plus nyuap rakyat beli suara dengan cara cari sponsor, nginjak BUMN, glenikan dengan sponsor politik untuk ngegolkan dirinya sewaktu akan nyakil (nyalonkan diri jadi wakil)....nah hutang harTA ini tentunya akan ditagih oleh para petaruh suara, sehingga setelah kepilih bisa bertahTA sebagai pejabat penyelenggara negara hutang harTA akan diupayakan dengan korupsi-kolusi agar lunas harta modal kampanye, sekaligus ngumpul-ngumpulkan lagi buat modal kampanye periode berikutnya.
Jadi teramat gamblanglah kalau instrumen sosial yang bernama demoCRAZY ini biangnya kerusakan pranata masarakat madani yang hanya akan menendang berkah langit dan menumpah laknat Alloh. Makanya USA dan Bangsa barbar Barat amat getol memolesnya dengan teori yang ndakik dengan seribu polesan alasan, bahwa demoCRAZY adalah kemodernitasan masarakat maju. Prakteknya dipaksakan bersama syarat investasi dan dibumbui dengan kebebasan hak asazi, serta teori-teori semu lain agar segera terekspor ke negara lain yang hendak diobok-oboknya.
Pasukan pelaksana lapangan aksi ekspor demokrasi bisa disusupkan ke jajaran birokrat atau LSM yang digelontori sponsor harTA yang banyak.
Jargon vox populi vox dei menjadi seperti ayat tuhan. Suara rakyat suara tuhan. Agar para rakyat berbondong-bondong mendukung dan hooh saja dibodohi dan dicekoki paham amburadul bernama demoCRAZY.
Kita Indonesia, wilayah kaya sumberdaya alam dan bangsa muslim terbesar sejagad bisa dikerjai, sehingga kerjanya hanya demo saban hari. Entah itu demo buruh nuntut upah, demo guru honor minta diangkat jadi PNS, demo lurah se nusantara, demo anarkis anti-anarkis, demo masak, demo-bemo, dan demo......ralisasi, demo...dalisasi berbagai sektor industri.
Saudara kita di Timur Tengah sebagai Islamic Spring telah dijelmakan sekarang sebagai Arab Spring yang mengusung demokratisasi wilayah Arab yang kaya minyak dan gas sebagai energi dunia, sehingga dibangkitkan kembali kesukuan dan war lord yang gampang diadu domba, ditingkahi tepuk tangan bangsa barbar Barat yang sembari cengengesan melihat dunia Arab kacau balau.
Harapan demokratisasi sudah teramat sangat jelas : bangsa pengamalnya gampang mudah diobok-obok dan nyatanya memang demikian, sehingga Arab dan Indonesia (dari Maroko sampai Meroke, sebagai simbol wilayah muslim) terserimpet ribet masalah sosial saja.....yang jadinya kapan dong mikirin teknologi atau budaya serta kemakmuran rakyat yang adil dan beradab.
Kalian tidaklah perlu heran kalau ternyata para hamba-hamba demoktasi dan cecunguk demokrator itu terdapat sejumlah nama-nama besar dan agung seperti : gusDur, SBY, Amien Rais dan bahkan manusia setengah-dewa idola saya Habibie. Merka adalah orang, lebih tepatnya para tokoh yang dengan ilmu Baratnya mungkin telah tercekoki atau lebih tepatnya lagi terlupai oleh ilmu sejumpil yang saya punya namun beliau gak sengaja lewati.
Padahal aku hanya mengupasnya lewat ilmu makNAma katakata demoCRAZY.......(berikut akan aku beber)
TA ke3 yang bermakna harTA sebut saja dengan simbol TA-3 yang kok mirip dibaca slank sebagai TAe' alias taek yaitu ya...tahi (boso Jowo). Mungkinkah ini kebetulan belaka kalau sejatinya harTA itu diasosiasikan sebagai taek alias tahi.....yang karena memang harta itu kalau dimakan seberapa banyak dan mewahnya hanya akan berujung-nasib menjadi taek atawa tahi belaka ?
Kaitan harTA (ta ke3) dengan unsur ta-1 (waniTA) dirujuk, karena dengan harta kaum pria bisa menawar HAR-ga wani-TA.
Sedangkan kaitan ke unsur ta-2 (tahTA) dirunut secara makNAma juga, karena HAR-TA bisa jadi HA-rapan bertah-TA, artinya orang bisa meraih tahta dengan bermodal harta, ini jamak terjadi di era demoCRAZY seperti akhir-akhir ini.
Lihat saja, kaum demokrator dari partai apapun pada sibuk kumpul duit buat kampanye plus nyuap rakyat beli suara dengan cara cari sponsor, nginjak BUMN, glenikan dengan sponsor politik untuk ngegolkan dirinya sewaktu akan nyakil (nyalonkan diri jadi wakil)....nah hutang harTA ini tentunya akan ditagih oleh para petaruh suara, sehingga setelah kepilih bisa bertahTA sebagai pejabat penyelenggara negara hutang harTA akan diupayakan dengan korupsi-kolusi agar lunas harta modal kampanye, sekaligus ngumpul-ngumpulkan lagi buat modal kampanye periode berikutnya.
Jadi teramat gamblanglah kalau instrumen sosial yang bernama demoCRAZY ini biangnya kerusakan pranata masarakat madani yang hanya akan menendang berkah langit dan menumpah laknat Alloh. Makanya USA dan Bangsa barbar Barat amat getol memolesnya dengan teori yang ndakik dengan seribu polesan alasan, bahwa demoCRAZY adalah kemodernitasan masarakat maju. Prakteknya dipaksakan bersama syarat investasi dan dibumbui dengan kebebasan hak asazi, serta teori-teori semu lain agar segera terekspor ke negara lain yang hendak diobok-oboknya.
Pasukan pelaksana lapangan aksi ekspor demokrasi bisa disusupkan ke jajaran birokrat atau LSM yang digelontori sponsor harTA yang banyak.
Jargon vox populi vox dei menjadi seperti ayat tuhan. Suara rakyat suara tuhan. Agar para rakyat berbondong-bondong mendukung dan hooh saja dibodohi dan dicekoki paham amburadul bernama demoCRAZY.
Kita Indonesia, wilayah kaya sumberdaya alam dan bangsa muslim terbesar sejagad bisa dikerjai, sehingga kerjanya hanya demo saban hari. Entah itu demo buruh nuntut upah, demo guru honor minta diangkat jadi PNS, demo lurah se nusantara, demo anarkis anti-anarkis, demo masak, demo-bemo, dan demo......ralisasi, demo...dalisasi berbagai sektor industri.
Saudara kita di Timur Tengah sebagai Islamic Spring telah dijelmakan sekarang sebagai Arab Spring yang mengusung demokratisasi wilayah Arab yang kaya minyak dan gas sebagai energi dunia, sehingga dibangkitkan kembali kesukuan dan war lord yang gampang diadu domba, ditingkahi tepuk tangan bangsa barbar Barat yang sembari cengengesan melihat dunia Arab kacau balau.
Harapan demokratisasi sudah teramat sangat jelas : bangsa pengamalnya gampang mudah diobok-obok dan nyatanya memang demikian, sehingga Arab dan Indonesia (dari Maroko sampai Meroke, sebagai simbol wilayah muslim) terserimpet ribet masalah sosial saja.....yang jadinya kapan dong mikirin teknologi atau budaya serta kemakmuran rakyat yang adil dan beradab.
Kalian tidaklah perlu heran kalau ternyata para hamba-hamba demoktasi dan cecunguk demokrator itu terdapat sejumlah nama-nama besar dan agung seperti : gusDur, SBY, Amien Rais dan bahkan manusia setengah-dewa idola saya Habibie. Merka adalah orang, lebih tepatnya para tokoh yang dengan ilmu Baratnya mungkin telah tercekoki atau lebih tepatnya lagi terlupai oleh ilmu sejumpil yang saya punya namun beliau gak sengaja lewati.
Padahal aku hanya mengupasnya lewat ilmu makNAma katakata demoCRAZY.......(berikut akan aku beber)